Laman

Jumat, 20 Oktober 2017

Tetesan air hujan

Kisah ini menceritakan tentang seorang murid yang tengah menimba ilmu disebuah padepokan,  dia dititipkan oleh orang tuanya dengan harapan supaya nanti dapat menjadi cahaya penerang dikampungnya dari kegelapan tentang ilmu agama, murid ini sangatlah rajin dirinya tak pernah bolos mengikuti setiap pengkajian yang dilakukan oleh gurunya bersama bersama  temannya, namun setelah bertahun tahun satu persatu teman temanya pulang ke kampung mereka masing masing guna berdakwah mengamalkan ilmu yang mereka dapatkan selama ini.

Kecuali dirinya belum diperkenankan oleh sang guru untuk kembali ke kampung dikarenakan ia belum mampu barang sedikitpun ilmu yang ia mengerti selama berada di padepokan itu, hingga akhirnya seluruh teman temanya sudah tidak lagi belajar namun sudah mengajar di kediaman mereka masing masing kini usianya sudah mulai menua dan semua telah berganti generasi yang lebih muda dirinya merasa canggung karena memang kecerdasannya dalam menangkap ilmu jauh dibawah rata rata, dirinya memberanikan diri untuk menghadap gurunya seraya mengungkapkan niatnya untuk berhenti belajar dan kembali ke kampung halaman meski tiada ilmu yang dapat ia kuasai, tak sampai hati gurunya membiarkan muridnya pulang dalam keadaan bodoh maka dirayulah murid itu agar kiranya lebih bersabar karena sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang sabar terlebih dalam hal kebajikan salah satunya menimba ilmu agama, dengan patuhnya murid tersebut mengikuti anjuran sang guru dan tetep mengikuti pembelajaran seperti biasanya bersama teman barunya yang jauh lebih muda usianya.

Beberapa tahun kemudian keadaan tidak berubah kini dia mulai putus asa karena kondisinya tidak banyak berubah dan akhirnya dia menemui gurunya tapi kali ini dia benar benar memaksa ingin pulang, sehingga gurunya tak mampu lagi untuk membujuknya dengan berat hati sang guru melepas kepulangan muridnya dengan doa semoga Allah selalu membimbingnya.
Tak lama setelah berpamitan murid itu pergi meninggalkan padepokan menuju kampung halaman yang cukup jauh dari sana, kira kira tiga hari ia akan sampai ke rumahnya, dia mesti melewati gunung dan hutan sebelum sampai tempat tujuan yakni kampung halaman yang telah lama ditinggalkan.

Setelah melewati gunung tibalah ia memasuki kawasan hutan namun hujan turun deras sekali sehingga ia memutuskan untuk berteduh disebuah goa yang ada ditengah hutan, hujan begitu lama murid ini terdiam agak masuk kedalam gua yang samar samar terdengar suara tetesan air hujan yang menetes dari celah atas goa, sangat tipis dan sedikit sekali air yang menetes itu namun sangatlah jelas suaranya sehingga ia telusuri asal air itu dia terdiam sejenak memperhatikan tetesan air itu, namun hatinya tersentuh ketika melihat batu yang keras tepat dibawah tetesan air yang kini berlubang, ia merenung dan sadar bahwa sekeras kerasnya batu itu tapi mampu dilubangi oleh tetesan air yang sedikit, bukan karena kuat airnya namun lama masanya, apalagi dirinya mungkin dirinya bodoh namun jika terus menerus mendapat siraman ilmu suatu saat pasti akan menjadi pintar. Setelah itu dia bergegas kembali ke padepokan untuk meneruskan belajar dia mengurungkan niat untuk pulang kampung sebelum pintar.
Bak gayung bersambut kehadirannya disambut suka cita oleh sang guru dan dengan ikhlasnya sepenuh hati beliau mengajarkan kembali apa yang harus ia ajarkan, hingga bertahun tahun namun pada akhirnya murid tersebut menjadi pintar bahkan lebih pintar dari gurunya.red

Tidak ada komentar:

Posting Komentar