Laman

Sabtu, 21 Oktober 2017

Sayang bukan berarti memanjakan

Berawal dari sebuah kecintaan seorang kakek yang menyayangi cucunya, dia selalu memberikan apapun kemauan yang diinginkan oleh cucunya tersebut, hatinya sangat senang apabila melihat cucunya bahagia, mereka hidup di sebuah panti asuhan dimana si kakek menjabat sebagai kepala panti itu.

Semua anak anak panti tidak ada yang berani meledek atau bahkan hanya menegur meski dia benar bersalah, sikap mereka memang wajar mengingat kakeknya selalu melindunginya tak perduli dirinya salah atau benar si kakek benar-benar dibutakan oleh rasa cintanya terhadap cucu satu satunya yang sangatlah ia sayangi. Namun perilaku itu justru membuat cucunya menjadi nakal sering kali ia berbuat jahil dan melimpahkan kesalahannya pada anak yang berada di panti tersebut,sehingga tak jarang hukuman jatuh pada anak yang tak bersalah.

Suatu hari anak itu melakukan kejahilan yang fatal, di sulutnya sebuah petasan disebuah kamar untuk mengagetkan seisi panti dimalam hari, petasan itu mengenai kasur dan sprei hingga berkobar api seketika juga, semua orang kabur tak terkecuali anak itu, dia pun kaget dan segera menyelamatkan diri, dalam waktu sekejap bangunan panti habis dilalap api, wajar saja karena delapan puluh persen bangunan itu terbuat dari kayu, namun naas nasib si kakek dia tak sempat keluar dari kamarnya sebab dia sedang sakit waktu itu.

Anak itu mencari kesana kemari kakeknya dia panik dan sangat terkejut apalagi mendapati kakeknya yang hangus terbakar dibalik reruntuhan bangunan panti, penyesalan tidak berarti semua orang menghardik dan mempersalahkan apa yang telah terjadi kepadanaya, namun kini ia tak ada lagi yang membela, selama ini ia salah mengartikan kasih sayang yang diberikan kakeknya hingga ia terbuai dalam jurang keburukan. Menyesal tidak ada artinya lagi kini dia harus membayarnya dengan hidup terlunta lunta dan tak seorang pun mau menolongnya.red

Tidak ada komentar:

Posting Komentar